Siapa yang tak kenal dengan Gunung Prau, Gunung dengan sejuta pesona dan keindahan alamnya ini adalah salah satu destinasi wajib pendaki gunung di Indonesia. Gunung yang terletak di Kawasan dataran tinggi dieng dengan ketinggian 2.590 mdPl.
Terdapat enam jalur
resmi pendakian Gunung Prau dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Ke enam jalur tersebut yaitu jalur pendakian via Patak Banteng, cukup favorit
untuk para pendaki pemula. Jalur pendakian via Kali Lembu, jalur pendakian via
Dieng Wetan jalur ini dekat dengan wisata dieng, jalur pendakian via Dieng
Kulon, jalur pendakian via Campurejo yang baru dibuka, dan jalur pendakian via
Wates.
Pada pendakian kali ini
saya memilih jalur pendakian via Wates, karena jalur ini yang paling familiar
saat kita bermain ke Wates dulu. Ditemani teman dari Bogor, sebut saja namanya
Risqi, ksmi berangkat dari Parakan jam 9 pagi.
Drama dimulai, memasuki
Desa Cemoro, Kecamatan Wonoboyo, motor Supra “Bapak” kami tidak kuat untuk
menanjak, alhasil Risqi numpang mobil pickup yang lewat hingga sampai di
basecamp pendakian Gunung Prau Via Wates.
Setelah melakukan
registrasi dan briefing, kami berjalan kaki melewati perumahan penduduk dan
ladang kebun kentang hingga sampai di
pos 1 atau pos blumbang kodok, kurang
lebih sekitar 40 menit.
Alasan lain kenapa
memilih jalur wates adalah, jalur wates
cukup ramah untuk pendaki, landai, tidak curam dan cukup melimpah sumber
airnya, sehingga untuk kami yang sudah jarang latihan fisik, jalur ini cukup
aman bagi manusia seperempat abad.
Sepanjang perjalanan
menuju pos 2 Cemaran, kami lebih banyak menikmati rute dengan bercengkrama
dengan pendaki lainnya, tak terasa 25 menit sudah sampai.
Istirahat sejenak, dan
mengatur ritme nafas, meneguk air minum yang kami bawa dari rumah, sejauh mata
memandang pemandangan cantik terhampar dengan menakjubkan.
Berbeda dengan cerita
saat pendakian Gunung Sumbing atau Gunung Semeru, di Gunung Prau kami tidak
menemukan jejak-jejak hewan liar sepanjang perjalanan.
Dari pos 2 Cemara
sampai di pos 3 Sundung Dewo kami tempuh 25 menit. Disini kami sejenak mengisi
perbekalan air minum kami yang mulai habis karena terdapat mata air.
Cukup 25 menit bagi
kami untuk sampai di Camp Bukit Rindu. Disini kami mendirikan tenda,
mengistirahatkan tubuh, menikmati alam, dan menyiapkan makanan untuk mengisi
perut yang mulai keroncongan. Sesekali berinteraksi dengan pendaki lain yang
dating dari berbagai daerah di Nusantara.
Malam hari tiba, cuaca
yang awalnya cukup bersahabat, ternyata turun hujan disertai angin kencang.
Semua pendaki masuk tenda, termasuk kami.
Tenda yang awalnya
tenang dan hangat, berubah menjadi berisik diterjang angin kencang Gunung Prau.
Jarum jam tangan,
menunjukkan pukul 23.30 WIB, Risqi terlihat mengalami gejala hipotermia,
bagaimana tidak suhu saat itu mencapai 8 derajat celsius, ditambah angin
kencang dan hujan.
Segera aku buatkan teh
hangat dan kentang rebus untuk menghangatkan tubuhnya. Tidak lupa obat-obatan
yang sudah disiapkan, dikonsumsinya untuk memperbaiki kondisi tubuhnya yang
makin parah.
Syukurnya, pukul 00.30
WIB dia sudah bisa terlelap tidur dan hujan mulai mereda.
Keesokan harinya,
setelah menunanikan shalat subuh, kami menanti-nanti golden time. Apalagi kalau
tidak matahari terbit atau sunrise.
Bagi anak-anak indie,
menikmati datangnya sunrise ataupun sunset adalah momen-momen yang sakral dan
menenangkan, sehingga patut untuk diabadikan.
Setelah merasa puas
menikmati Gunung Prau dari puncak, kami memutuskan untuk segera bergegas
kembali turun.
Sekitar 3 jam
perjalanan, kami sudah sampai di basecamp. Motor supra bapak yang setia
menemani, tidak sabar menghampiri kami.
Selagi hari masih
siang, kami menyempatkan berkunjung ke rumah petani binaan kami dulu, kami
pulang malah dapat oleh-oleh kentang segar sekitar 3 kg, terima kasih pak.
Menyadari ada hal yang
aneh dari motor kami, kami coba untuk memeriksanya, ternyata ban belakangnya
bocor. Untung jarak 50 meter-an ada tukang tambal ban,
Sesampainya kami di
homebase Parakan, kami mengenang kembali perjalanan kami pendakian di Gunung
Prau.
Gunung Prau memang
mempesona, cukup cantik, dan sangat direkomendasikan masuk daftar gunung yang
wajib dikunjungi. Kami berseloroh, kelak wajib bawa pasangan kembali untuk
pendakian ke Gunung Prau.
Gunung Prau dengan
segala ceritanya, motor supra bapak, ban bocor, angin kencang tengah malam yang
menerjang membawa kami untuk selalu memperbaiki persiapan kami disetiap
pendakian gunung, agar hal-hal yang tak terduga dan menghambat perjalanan tidak
terjadi lagi. Gunung Prau sampai jumpa di lain waktu.
0 Comments