Umur 20 Tahunan adalah umur yang rentan menerima pertanyaan-pertanyaan “Kapan kamu nikah?, Si Dinda anak temannya ibu udah menikah” atau “Eh, Anton udah nikah tuh, kamu kapan nyusul?”. Pertanyaan ringan namun menyayat hati.

Apakah mereka salah bertanya demikian? Tidak!. Selama ini kita mendapati pertanyaan-pertanyaan demikian sebagian dari  dalih perhatian, ya perhatian tentang masa depan. Namun, bagi sebagian orang pertanyaan demikian sudah tidak lagi relevan sebagai bentuk perhatian, lebih pada intrograsi pada nilai-nilai privasi diri.

Menikah bukan perkara umur atau perlombaan siapa yang duluan, duluan menimang anak, duluan menjadi ayah bunda atau duluan memiliki keluarga kecil nan bahagia. Menikah lebih pada kesiapan lahir dan batin. Umur bukan menjadi jaminan kesiapan seseorang dalam menikah.

“Menikahlah karena siap, siap jodoh, siap materi, siap lahir dan batin, dan juga siap mandiri tidak bergantung terus-menerus dengan orangtua atau saudara”.

1. Jangan Menikah Karena Usia Semakin Menua

        Sering terjadi, ketika usia sudah memasuki kepala tiga. Celetukan-celetukan menyayat hati sering didapatkan dari banyak orang, tak sadar bahkan orang-orang terdekat yang kita sayangi. Berat memang apalagi diantara teman sebaya atau teman segenk tinggal kita seorang yang belum menikah. Jangan dipaksakan harus menjadi seperti orang lain, masa depan milik kita, kita yang pantas untuk merencanakan dan menjalani. Memantaskan diri dan mulai berdamai dengan diri sendiri, hingga hati berani. menerima seseorang untuk hidup semati bersama.

2. Gak Usah Panik Ketika Mantan Udah Sebar Undangan

        Kenapa harus panik? Kenapa harus risau?. Ketika masing-masing udah memutuskan menjadi bagian dari masa lalu, seharusnya perasaan itupun sudah tak saling merasakan. Jadi biarkan aja mantan menikah dan hidup damai dengan pasangannya. Tidak usah risau, yok fokus ke depan.

3. Orangtua Pengen Menimang Cucu

        Ini tantangan yang palit berat, “ Cucu-nya Bu Asih, anak-nya Ana udah bisa duduk lho, lucu banget, kapan mama bisa nimang cucu”. Kalau ibu kalian ngomong gitu di depan kalian apa yang kalian mau sampaian?

        Memaksakan menikah ketika batin belum siap, hanya akan menyakiti rasa, mencederai cinta dan bisa-bisa berujung pada perceraian. Begitu-pun juga menikah tanpa kesiapan lahir hanya akan melahirkan penderitaan, materi yang belum cukup masih bergantung pada orangtua, tidak akan pernah bisa menjadi mandiri. Tidak usah terburu-buru siapkan dulu segala sesuatunya.