Pembibitan Tembakau

         Studi menyebutkan istilah revolusi industri pertama kali muncul pada tahun 2012, ketika pemerintah Jerman memperkenalkan strategi pemanfaatan teknologi yang disebut dengan industri 4.0. Dari hal tersebut lahirlah istilah revolusi industri 4.0. Kata revolusi digunakan untuk menunjukkan perubahan yang sangat cepat dan fundamental, serta bersifat disruptive (merusak tatanan yang sudah ada sejak lama) dan 4.0 menunjukkan urutan kejadian industri yang pernah ada.
         Tembakau Jember merupakan salah satu komoditi di sektor perkebunan yang sangat vital dalam menyumbang devisa bagi negara. Kegiatan  budidaya tanaman tembakau Jember dewasa ini masih mengalami kendala dari pemanfaatan teknologi sebagai elemen pengembangnya. Kegiatan budidaya masih bertumpu pada cara-cara lama dengan tradisi-tradisi lama yang bersifat tradisional, sehingga kualitas dan kuantitas tembakau yang dihasilkan masih rendah. Begitupun juga dalam penanganan pasca panen tembakau menjadi produk turunan.
         Upaya untuk meningkatkan kualitas dan nilai ekonomi dari tembakau Jember adalah dengan menerapkan penggunaan teknologi yang mendukung kegiatan budidaya maupun penanganan pascanen. Hal itu perlu dilakukan sebab perkembangan dunia dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat terlebih untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. Untuk mendukung era revolusi industri 4.0 dalam dunia pertanian menurut menteri pertanian Republik Indonesia, Amran Sulaiman, perlu adanya eksperimen dengan model dan inovasi bisnis baru yaitu pertanian presisi, pertanian vertikal, pertanian pintar (smart farming). Data besar dan internet pertanian serta alat mesin pertanian yang mendukung industri 4.0 . Salah satu penerapan internet pertanian adalah dengan meng-connectkan benda-benda sekitar dengan internet melalui smarphone maupun gadget lainnya. Oleh karena itu untuk mengejar kemajuan yang telah berkembang di era revolusi industri 4.0, penerapan teknologi dan informasi yang cukup pada pengembangan tembakau Jember perlu dilakukan secepatnya.
      Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2002–2006), Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat telah meghasilkan dan mensosialisasikan teknologi-teknologi yang dapat digunakan untuk mendukung budidaya tembakau. Komoditi tembakau yang banyak dibudidayakan di Jember adalah tembakau Besuki Na Oogst Kasturi dan tembakau Besuki Na Ogst H382. Teknis pengembangan dan budidaya diantara keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok, namun prinsip keduanya adalah sama yaitu untuk mendapatkan tembakau dengan kualitas dan mutu yang tinggi.
       Berdasarkan pernyataan dari menteri pertanian Republik Indonesia, Amran Sulaiman untuk mendukung era revolusi industri 4.0 dalam dunia pertanian perlu adanya eksperimen tentang pertanian presisi, pertanian vertikal dan pertanian pintar (smart farming). Pertanian presisi (precision farming/PF) merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah mencocokkan beberapa sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan (McBratney A and Whelan BM, 1995). Penerapan PF dalam budidaya tanaman dapat berpotensi menghasilkan produksi atau hasil yang lebih besar dengan tingkat input (pupuk, kapur, herbisida, insektisida, fungisida, bibit) yang sama atau hasil yang sama dengan pengurangan input. Oleh karena itu, PF merupakan revolusi dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis teknologi informasi.
         Tidak hanya pertanian presensi, pertanian vertikal dalam era revolusi industri juga perlu dikembangkan. Pertanian vertikal meruapakan konsep pertanian dengan memanfaatkan lahan yang terbatas sehingga pengembangan dilakukan dengan memnafaatkan lahan yang terbatas. Ide modern pertanian vertikal menggunakan teknik pertanian dalam ruangan dan teknologi lingkungan pertanian terkontrol (CEA), di mana semua faktor lingkungan dapat dikendalikan. Fasilitas ini memanfaatkan kontrol buatan cahaya, pengendalian lingkungan (kelembaban, suhu, gas) dan fertigasi. Beberapa pertanian vertikal menggunakan teknik yang mirip dengan rumah kaca, di mana sinar matahari alami dapat ditambah dengan pencahayaan buatan dan pemantul logam. Diperkirakan pada tahun 2050, hampir 80% populasi dunia akan tinggal di daerah perkotaan dan jumlah penduduk dunia akan meningkat 3 miliar orang. Sejumlah besar lahan mungkin diperlukan tergantung pada perubahan hasil per hektar, oleh karena itu disebutkan bahwa pertanian vertikal di masa depan akan menyelamatkan  pasokan pangan dunia.
        Seiring dengan adanya era revolusi industri 4.0, terdapat juga gagasan Pertanian 4.0. Konsep pertanian 4.0 mendorong konsep pertanian pintar dimana  tidak hanya mempengaruhi produsen, tetapi juga membawa konsumen lebih dekat ke petani atau perusahaan pertanian. Salah satu kegunaan pertanian digital adalah dapat mengetahui suatu produk dihasilkan dari proses yang berkelanjutan atau tidak. Setiap kegiatan pertanian terekam, menghasilkan data dan informasi yang dapat digunakan untuk menudukung aktivitas-aktivitas pertanian lainya. Proses pertanian di lahan pertanian digital mencakup berbagai bidang seperti peternakan (robot pemerahan, pemantauan kesehatan hewan digital, dll.), perkebunan (robot lapangan), pemeliharaan mesin pertanian otomatis dan robot pemanen yang dijalankan secara otomatis. Pertanian 4.0 mendorong sektor pertanian ke arah baru yang sebelumnya tidak terpikirkan. Dampaknya, tidak hanya pada petani tetapi juga pada perusahaan pertanian atau perusahaan penghasil komoditas pertanian juga harus menyesuaikan ketika Pertanian 4.0 itu membuahkan standar-standar yang diterapkan pada kebijakan perdagangan.
     Melihat pengertian dan konsep dari pertanian presisi, pertanian vertikal dan pertanian pintar untuk mendukung pertanian yang siap menghadapi era revolusi industri 4.0, kesiapan komoditi tembakau Jember dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dapat dibaca. Penggunaan data digital dan penerapan teknologi dalam pengembangan budidaya tanaman tembakau dewasa ini masihlah sangat terbatas. Contoh penerapan teknologi dalam budidaya tembakau Jember adalah dengan menerapkan konsep pertanian presisi pada pemupukan tembakau seperti dalam budidaya tanaman tembakau cerutu yang dilakukan PT. Perkebuanan Nusantara X (Persero). Keuntungan penerapan pertanian presisi adalah dapat meminimalisasi biaya produksi, meningkatkan keuntungan dan mengedepankan kualitas produk serta kerusakan lingkungan akibat proses budidaya tembakau yang secara keseluruhan menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Akan sangat erat kaitannya antara pemberian pupuk dan kualitas tembakau yang dihasilkan. Oleh karena itu, melalui pendekatan pertanian presisi, sistem budidaya tembakau yang dikembangkan dapat meminimalkan sumberdaya, megoptimalkan hasil produksi dan kualitas serta ramah lingkungan.
    Pertanian Presisi dapat dipadukan dengan konsep pertanian pintar menggunakan internet yang saling terhubung dengan smarphone atau gadget sehingga dapat  diprediksi pada geo-referencing, yaitu penandaan koordinat geografi untuk titik-titik pada permukaan bumi.  Dengan global postioning system (GPS) dimungkinkan menandai koordinat geografi untuk beberapa objek atau titik dalam 5 cm, walaupun keakuratan dari aplikasi pertanian kisaran umumnya adalah 1 sampai 3 meter.  GPS adalah sistem navigasi berdasarkan satelit yang dibuat dan dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika  Serikat.  GPS telah  terbukti  menjadi  pilihan  dalam  postioning  system untuk PF.  Metode untuk meningkatkan keakuratan pengukuran posisi disebut koreksi diferensial atau DGPS (differential global postiong system).  Perangkat keras yang diperlukan adalah GPS receiver, differential correction signal receiver, GPS antenna, differential correction antenna, dan computer/monitor interface. Namun konsep pertanian vertikal dalam pengembangan budidaya tanaman tembakau Jember masih sulit dikembangkan dan diterapkan, salah satu faktor penyebabnya adalah ketersediaan lahan budidaya yang masih sangat luas. 
    Tujuan utama dari penerapan konsep-konsep pertanian modern adalah untuk meningkatkan kualitas dan mutu tembakau Jember. Sekalipun kendala dalam pengembangannya dihadapkan pada pola pikir dan kultur budaya lama yang masih melekat. Salah satu contohnya adalah penanganan pasca panen tembakau Besuki Na Oogst pada proses perajangan yang masih menggunakan cara manual, padahal teknologi perajangan daun tembakau menggunakan mesin sudah ditemukan dan pernah diterapkan, teknologi tersebut kini tidak lagi diterapkan dengan dalih justru merusak kualitas daun tembakau karena membuat daun memar. Pola pikir meniadakan teknologi bukan memperbarui teknologi merupakan salah satu contoh nyata yang menjadi penyebab masih sulitnya penerapan teknologi dalam pengembangan komoditi tembakau Jember.
Tidak hanya itu, kekuatiran dengan penerapan pertanian industrial menyebabkan banyaknya tenaga kerja yang harus dikurangi. Disebabkan karena penggunaan robot dan mesin yang cukup pesat. Selain itu, tingginya biaya yang dibutuhkan dalam penerapan teknologi untuk pengembangan budidaya tembakau sekaligus tingkat pengetahuan penguasaan teknologi yang kurang juga menjadi penyebab. Oleh karena itu untuk mendukung kesiapan komoditi tembakau Jember dalam menghadapi revolusi Industri 4.0 perlu adanya dukungan dan bimbingan, contoh upaya tersebut adalah dengan bantuan modal serta pelatihan kepada petani rakyat dalam menerapkan teknologi sederhana, misalnya dalah pengolahan tanah menggunakan traktor, mengukur suhu dan kelembaban tembakau bawah naungan menggunakan termohigrometer, serta sistem pengairan yang lebih komplek dan otomatis. Melalui implementasi industri 4.0 dalam dunia pertanian khususnya tembakau Jember diharapkan proses usaha tani menjadi semakin efisein, efektif dan terjadi peningkatan produktifitas dan daya saing.